Prinsip-Prinsip Pengajaran

Pengajaran sebagai perpaduan dari dua aktivitas, yaitu: Aktivitas Mengajar dan Aktivitas Belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indicator suatu aktivitas proses pengajaran itu berjalan dengan baik.


Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya.


Kunci pokok pengajaran itu ada pada seorang guru (pengajar). Tetapi ini bukan berarti dalam proses pengajaran hanya guru yang aktif, sedangkan peserta didik pasif. Pengajaran menuntut keativan kedua pihak yang sama-sama menjadi subyek pengajaran.

 

Pihak Guru:

Sebagai yang mengendalikan, memimpin dan mengarahkan events pengajaran. Guru disebut sebagai obyek (pelaku-pemegang peranan pertama) pengajaran. Oleh sebab ia menjadi pihak yang memiliki tugas, tanggung jawab dan insiatip pengajaran.

 

Pihak peserta didik:

Sebagai yang terlibat langsung, sehingga ia dituntut keaktifannya dalam proses pengajaran. Peserta didik disebut obyek pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukan dari obyek pertama (guru) selain keseidaan dan kesiapan peserta didik itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pengajaran.

 

Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedang peserta didik hanya pasip, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian pun bila pengajaran, di mana peserta didik saja yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka ia hanya disebut belajar.

 

Sekali lagi, pengajaran itu perpaduan aktifitas mengajar dan belajar.


Prinsip-prinsip pengajaran yang kaitannya dengan segala komponen pengajaran, baik yang menyangkut apa dan bagaimana guru dalam pengajaran, kearah mana sebenarnya pengajaran harus dilaksanakan. Apa, Mengapa dan Bagaimana supaya peserta didik dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu, meliputi: (1) Prinsip Akivitas, (2) Prinsip Motivasi (3) Prinsip Individualitas, (4) Prinsip Lingkungan, (5) Prinsip Konsentrasi, (6) Prinsip Kebebasan, (7) Prinsip Peragaan, (8) Prinsip Kerjasama dan Persaingan, (9) Prinsip Apersepsi, (10) Prinsip Korelasi, (11) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas, (12) Prinsip Glogalitas, (13) Prinsip Permainan dan Hiburan.

 

Sumber: Ahmad Rohani HM & H. Abu Ahmadi

3 komentar:

Pendidik Profesional

Menurut Desi Reminsa (2008), Profesionalitas sebenarnya merupakan kebutuhan semua orang dalam menjalani pekerjaannya, tidak terkecuali bagi seorang guru. Sikap ini bahkan menjadi salah satu penentu utama bagi keberhasilan sebuah profesi. Profesi sesederhana apa pun, jika dilakukan dengan jprofesional maka akan memberikan hasil yang baik. Sebaliknya, pekerjaan yang bonafide sekalipun, jika tidak dilakukan secara professional, hanya melahirkan kerugian dan kebangkrutan.

Secara sederhana, dapat dikatan bahwa menjadi sosok professional adalah menjadi sosok yang ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan. Jika seseorang benar-benar ahli dan mengetahui dengan baik pekerjaannya maka ia akan menjalankan pekerjaan itu dengan penuh dedikasi tinggi dan bertanggung jawab. Konsekuensinya, tentu saja adalah dicapainya hasil yang maksimal dan berkualitas.

Bagi seorang guru, professionalitas jelas merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, tidak mungking seorang guru mampu melahirkan murid yang berkualitas  jika ia tidak memiliki keahlian dalam mengajar, kurang menguasai dan memahami materi pelajaran yang diajarkan, serta kurang profesioanl dalam menghadapi masalah atau hambatan-hambatan yang berasal dari murid. Dengan demikian, menjadi guru favorit bagi guru professional jelas merupakan satu mimpi yang mustahil diwujudkan.

Kalau kita mau jujur, mungkin masih banyak ditemukan sosok guru yang tidak professional dalam menjalani profesinya sebagai pendidik. Hal itu merupakan konsekuensi logis dari pilihan seseorang untuk memasuki profesi itu. Sebab, tidak sedikit orang yang “terpaksa” melamar untuk menjadi guru karena mereka sudah tidak mendapatkan pekerjaan lain seperti yang mereka inginkan. Akhirnya, dengan modal hanya bisa menyampaikan materi, mereka diterima tanpa seleksi.

Padahal, guru ibaratnya adalah seorang operator kurikulum pendidikan yang memegang peran sangat vital dalam mengentaskan kebodohan dan mengatarkan kesuksesan murid. Dan, tugas seorang operator tentu saja membutuhkan profesionalitas yang tinggi, maka cita-cita pendidikan tidak akan tercapai dengan maksimal.

Karena itu, seorang guru dapat dikatakan professional, dan karenanya memenuhi syarat untuk disebut sebagai guru favorit, apabila ia sudah memiliki kemampuan seperti halnya kemampuan atau keahlian dalam mendidik.

Harap dicatat bahwa mungkin hamper semua orang dipastikan bisa menjadi guru. Tetapi, tidak semua guru itu benar-benar memiliki skill dan keahlian dalam mendidik. Anda akan disebut sebagai seorang guru professional yang memiliki keahlian dalam mendidik apabila mampu memenuhi beberapa Kriteria.

  1. Pertama, memiliki kemampuan intelektual yang memadai, terutama berkaitan dengan materi pelajaran anda ampu.
  2. Kedua, memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan. Sehingga, dengannya, anda dapat membuat skala prioritas dan bekerja dengan terarah. Artinya, anda harus memahami bahwa mengajar bukan hanya persoalan rutinitas dan kehadiran di dalam kelas.
  3. Ketiga, memiliki keahlian dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau menguasai metodologi pembelajaran dengan baik.
  4. Kempat, memiliki pemahaman yang baik tentang konsep perkemabangan murid
  5. Kelima, memiliki kemampuan mengorganisasi murid sehingga kegiatan belajar benar-benar efektif
  6. Keenam, memiliki kreativitas dan seni dalam mendidik. Sehingga, kegiatan belajar dapat diikuti oleh murid dengan menyenangkan.

Itulah beberapa criteria seorang guru professional. Tanpa memiliki criteria semacam itu, maka kegiatan belajar mengajar hanya akan bermakna sebagai suatu aktivitas yang tak terukur sehingga sulit diketahui hasilnya dengan baik.

 

Sumber Buku: Salman Rusydie


0 komentar:

Penerapan Model Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih

Menyikapi kondisi pengajaran yang sangat komplek, tentunya para Pendidik berupaya seoptimal mungkin mengupayakan model-model pembelajaran yang dapat memungkinkan untuk terapkan, salah satunya pada tulisan ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fqih.

Tulisan ini dapat ditemukan pada Aplikasi Open Journal Syistem (OJS):

Journal Title, An-Nahdlah: Jurnal Pendidikan Islam

e-ISSN, 2807-5412

p-ISSN, 2807-6958

DOI Prefix, Prefix 10.51806 by Crossref

Frequency, 4 bulanan

Publisher, Program Studi Pendidikan Agama Islam 

Penulis, Muh Zulkifli & Rosli Hady

dapatkan file nya secara utuh pada link https://doi.org/10.51806/an-nahdlah.v1i1.13












Arikel Terkait:

Aplikasi Metode Simulasi pada Mata Pelajaran Fiqih di Tingkat MTs, Lihat disini.


2 komentar: