Aplikasi Metode Simulasi pada Mata Pelajaran Fiqih di Tingkat MTs

Aplikasi Metode Simulasi pada Mata Pelajaran Fiqih
di Tingkat MTs (Materi Tentang “Memandikan Jenazah”)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metode Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Muh.Zulkifli, M.Pd.I





Oleh :
Kelompok I / IV F

Wina Amniatul Wahida
Sri Rohmatullaili
Yunda Arisanti
Susilawati
Turmuzi
Zul Ramdani



IAI HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PAI
2019

Download File PDF : klik disini

A.      LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah suatu kebetulan jika ayat pertama Al-Quran, surat al-‘Alaq dimulai dengan perintah membaca, iqra’. Di samping itu, pesan-pesan Al-Qur’an dalam hubungannya dengan pendidikanpun dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaan dan kisah. Lebih khusus lagi, kata `ilm dan derivasinya digunakan paling dominan dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.
 Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Sebuah filosofis mengatakan bahwa “al-Thariqat Ahamm Min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dari materi) adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi anak didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh anak didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses pembelajaran. pembelajaran materi akhlak, karena akhlak tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kompetensi dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak pendidik dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas.
B.       PENGERTIAN METODE SIMULASI
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”.[1] Di dalam Kamus Bahasa Inggris dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru, sedang simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Jadi metode simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.
Sebagai sebuah metode pembelajaran yang bersifat peniruan suatu peristiwa, metode simulasi memiliki Karakteristik yang mencerminkan metode ini berbeda dengan metode-metode lain, di antaranya:
1.         Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, IPS, pendidikan agama dan  pendidikan apresiasi.
2.         Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi.
3.         Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa. 
4.         Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
5.         bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun masalah-masalah sosial.
C.      TAHAPAN-TAHAPAN METODE  SIMULASI
1.         Persiapan Simulasi
a.         Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
b.        Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang disimulasikan.
c.         Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peran yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d.        Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya kepada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2.         Pelaksanaan Simulasi
a.         Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b.        Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c.         Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
d.        Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang di simulasikan.
3.         Pentup
a.         Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b.        Merumuskan Kesimpulan.
D.      IMPLEMENTASI SIMULASI PADA MATA PLAJARAN FIQIH TINGKAT MTs TENTANG MEMANDIKAN JANAZAH
Sebelum mengetahui cara simulasi jenazah beserta do’anya,  sebaiknya lebih diutamakan jika dari siswa/siswi diantara mereka berperan sebagai kalangan kerabat jenazah. Wajib bagi jenazah laki-laki dimandikan oleh wanita. Kecuali jenazah tersebut adalah suami terhadap istrinya atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan wajibnya untuk menjaga aurat meskipun sudah meninggal dunia.
Namun, terkecuali bagi anak yang berusia kurang dari 7 tahun maka boleh dimandikan oleh lelaki atau wanita. Selain itu  simulasi memandikan jenazah hendaknya adalah  salah seorang sebagai peran orang yang paham fikih pemandian jenazah. Sebelum simulasi memandikan jenazah, siapkan peralatan yang diperlukan dahulu. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan atau sejenisnya sehingga aurat utamanya tidak kelihatan. Memandikan jenazah juga harus pada tempat yang tertutup.
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk simulasi memandikan jenazah antara lain sebagai berikut:
1.    Boneka atau bantal sebagai simulasi jenazah
2.    Tempat memandikan pada ruangan tertutup atau dalam kelas supaya siswa/siswi  lainnya dapat melihat simulasi memandikan jenazahnya
3.    Air secukupnya.
4.    Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
5.    Sarung tangan untuk memandikan.
6.    Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
7.    Kain basahan, handuk dan lain-lain.
Cara simulasi memandikan jenazah beserta doanya diawali dengan niat,  simulasi memandikan jenazah dimulai dari angggota tubuh bagian kanan. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya. Gunakan sarung tangan yang bersih dan masih baru untuk  membasuh jenazah, setelah itu, ikuti beberapa  langkah dibawah ini.
1.    Membaca niat
Sebelum simulasi memandikan jenazah, terlebih dahulu untuk membaca niat mmemandikan jenazah, berikut bacaan niatnya bagi jenazah laki-laki dan perempuan:
a.    Niat memandikan jenazah laki-laki
“Nawaitul ghusla adaa’an haa-dzal mayyiti lillaahi ta’aala”
b.    Niat memandikan jenazah perempuan
“Nawaitul ghusla adaa’an haadzihil mayyyitati lillaahita’aala”
2.    Setelah itu, tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir  kearah kepala. Kemudian, bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya secara  berlahan.
3.    Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian diwudhukan.
4.    Siramkan air  ke sebelah kanan dahulu, kemudian ke sebelah kiri tubuh jenazah.
5.    Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya  yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
6.    Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya.
7.    Selesai dimandikan, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol,seperti air kapur barus.
E.       KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE SIMULAS
1.    Kelebihan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar diantaranya[2]:
a.    Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak,baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja.
b.    Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa,karena melalui simulasi siswa diberikan kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
c.    Simulasi dapat menumpuk keberanian dan percaya diri siswa.
d.   Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e.    Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
2.    Kelemahan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar diantaranya:
a.    Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b.    Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c.    Faktor psikologis seperti masa lalu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
F.       JENIS-JENIS SIMULASI
1.    Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
2.    Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk trapi,yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri,menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
3.    Role playing
Rol playing atau bermain peran adalah metode  pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.[3]
G.      PERINSIP-PERINSIP SIMULASI
1.    Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa,tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2.    Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.
3.    Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru.
4.    Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.
5.    Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis.
6.    Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap.
7.    Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu.[4]
H.      TUJUAN  SIMULASI
1.    Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari;
2.    Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip;
3.    Melatih memecahkan masalah;
4.    Meningkatkan keaktifan belajar;
5.    Memberikan motivasi belajar kepada siswa;
6.    Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok;
7.    Menumbuhkan daya kreatif siswa; dan
8.    Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.
Dengan demikian penggunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kecenderungan pembelajaran modern yang menuju kepada pembelajaran peserta didik yang bersifat individu dan kelompok kecil, heuristik (mencari sendiri perolehan) dan aktif. Sesuai dengan hal ini simulasi menurut Derick, U dan Mc Aleese, bahwa simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.    Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di kelas, baik guru maupun peserta didik mengambil peran di dalamnya;
2.    Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih peserta didik melakukan pendekatan interdisiplin di dalam pembelajaran. Disamping itu dapat juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat;
3.    simulasi adalah model pembelajaran yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah.
I.         KESIMPULAN
Setelah dipahami isi dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran sangat dibutuhkan metode agar berjalannya sebuah pembelajaran dengan lancar. Pada naskah ini hanya disebutkan tentang metode simulasi, yaitu peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya, atau dapat dikatakan dengan akting. Salah satu tujuannya adalah melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
 Oleh sebab itu metode ini tentu memiliki karakteristik tersendiri dan dapat digunakan untuk bidang-bidang studi tertentu. Dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan dan peralatan yang memadai dan yang tidak kalah penting adalah diperlukan kemampuan guru sebagai sutradara dalam menetapkan, mengarahkan, dan menilai pelaksanaan simulasi agar metode yang digunakan benar-benar dapat mempengaruhi kehidupan peserta didik.
J.        DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2006. Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hasibuan, Moedjiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.




[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2006), hlm. 159
[2] Ibid., hlm. 160
[3] Ibid., hlm. 161
[4] Hasibuan  Moedjiono,  Proses  Belajar Mengajar  (Bandung :  PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2012), hlm. 27


0 komentar: